Kamis, 28 Oktober 2010

Mawar


Bunga mawar ini sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan kita kepada pasangan kita, orang tua ataupun sahabat kita.Banyak hal yang kita bisa ungkapan dengan memberikan bunga mawar seperti perasaan cinta, kebahagiaan, ucapan selamat ataupun duka cita.

Mawar Merah (Red Rose)
Biasanya digunakan untuk menyatakan perasaan cinta kepada pasangan anda atau kekasih pujaan anda. Mawar merah tak hanya berbicara tentang gelora asmara tapi juga menyimbolkan penghargaan dan keberanian.

Mawar Putih (White Rose)
Mawar putih bunya beberapa arti khusus. Mawar putih memiliki arti seperti kesucian, kerendahan hati, penghormatan, serta penghormatan. Mawar putih merupakan warna yg paling netral di berbagai situasi dan kondisi.

Dari kedua Bunga Mawar di atas yang mana yang kalian sukai ?, alasannya ?

Rabu, 27 Oktober 2010

NOVEMBER


/; Adinda Putri Marzuki
Lingkari waktu dengan aroma tubuh
Tegak menghunus di hati yang mengepu
Pada jejak – jejak yang semakin menjauh
Dalam lindap November
Hujan berlari dari ujung napasku hingga ujung duniamu.
Aku pernah mencintaimu.
Yang tak tahu arti cinta sebenarnya,
karena setiap lembaran,
mengalir berjuta cahaya,
dari kata demi kata mengantarkan fantasi.
Tertawa mengantarkan waktu pada aroma tubuh
Yang menenggelamkan harapan
Akan perjuangan waktu,
kembali retak di musim lalu.
Dan jejak – jejak menjadi tak terlihat
sampai diakhir waktu
sampai percakapan memilin kita,
yang menghentak di muka sajak,
yang terlumat dalam segala jejak,
yang terlempar di halaman waktu,
Sampai khatam usia waktu,
Mengakhiri kisah di akhir November 
 
Depok, 11-12-2009

"BANGKAI”


Aku ini bangkai
Bangkai yang terbuang
Dalam rongga ketidakadilan
Yang hanya mampu berdiam diri
Menunggu mara mengrogoti bangkaiku

DIA, AKU!


Dia adalah aku
Aku adalah dia
Tak ada beda
Sama – sama memberontak
Sama – sama pemberontak
Sama – sama bertanya tentang keadilan,
Sama – sama mempertanyakan keadilan,
Adakah keadilan itu?
Yang akan menjadikan kami merasa bangga ,
Akan keadilan itu
Depok, 26-12-09

Selasa, 26 Oktober 2010

Kerudung Buat Lungguh


Pipinya selalu dicubit. Tubuhnya selalu diraba, bahkan pantatnya sering dipengang oleh lelaki berhidung belang. Ia tidak bisa memarahi mereka yang selalu merayu dan menginginkan tubuhnya untuk mereka raba. Ia hanya bisa menerima walau sebenarnya apa yang dilakukan para lelaki itu seakan membuatnya tidak memiliki martabat. Sebenarnya selama ini Lungguh merasa martabatnya sebagai seorang wanita telah diinjak. Namun perasaannya sirna disaat keluarganya membutuhkan sesuap nasi untuk kehidupan sehari-hari.
Bertahun – tahun Lungguh  menjalani pekerjaan sebagai biduanita pada salah satu cafe hiburan malam. Ia menyanyi dalam malam – malam tertentu dicafe tersebut, karena dirinya adalah seorang penyanyi yang menjadi primadona yang memiliki suara merdu. Bukan hanya karena suaranya yang begitu merdu, sehingga tak tertandingi oleh penyanyi – penyanyi lainnya, tetapi juga karena Lungguh memiliki tubuh yang seksi yang dapat menarik perhatian para lelaki hidung belang. Sebenarnya dilubuk hatinya ia menginginkan pekerjaan yang lebih baik. Namun karena ia hanya memiliki ijazah SMA, ia hanya dapat mengandalkan suara dan kemolekan tubuhnya untuk mencari sesuap nasi untuk dirinya dan seluruh keluarganya.  
Dalam malam setelah pulang dari tempat kerja ia selalu berharap kalau suatu saat nanti ia akan memiliki pekerjaan yang lebih layak. Tetapi Lungguh merasa apa yang selama ini ia harapkan, ia tidak tahu kapan didengar oleh sang pencipta. Dan ia berharap doanya itu selalu mengiringi setiap tarikan napasnya. Hingga doanya dapat menjadikan pagar dirinya agar tidak terjerumus lebih dalam lagi. Dan itulah asalan kuat Lungguh untuk tidak menjual kehormatannya dinikmati para lelaki hidung belang.
Tapi doanya itu tidak berlangsung lama dalam menjaga kehormatannya. Ketika Lungguh baru saja pulang dari tempat kerjanya menuju rumahnya dengan diantar oleh seorang pengemar yang selalu mengantarnya pulang. Dan ditengah perjalanan ia tidak sadarkan diri. Lungguh berteriak dan menangis tersendu – sendu ketika menyadari dirinya telah terbaring lemas disalah satu kamar hotel tanpa satu benang pun yang menutupi anggota tubuhnya. Disaat itulah ia menyadari kalau dirinya telah diperkosa oleh lelaki yang selalu mengantarnya pulang dan itulah asalannya ia menjual tubuhnya dicafe hiburan malam tempat ia bekerja. Sebenarnya ia sendiri ingin keluar dari perkerjaan yang selama ini ia jalani. Namun ia sendiri tidak tahu bagaimana cara untuk keluar agar tidak terlalu jauh terjurumus dalam dunia hitamnya. Dan akhirnya ia hanya bisa berharap agar suatu hari nanti ia dapat meninggalkan semua perkerjaan yang selama ia jalani.
Lalu disebuah gang kecil yang sepi. Lungguh baru saja pulang dari tempat ia berkerja. Ia diantar oleh seorang lelaki tua yang umurnya berbeda jauh dengan dirinya. Lelaki itu membawa kendaraan pribadi yang mungkin jarang sekali dimiliki oleh penduduk kampung dimana Lungguh tinggal. Saat itu seluruh warga terasa bingung dan penasaran siapakah lelaki yang mengantarnya. Karena sudah beberapa hari ini Lungguh selalu diantar oleh lelaki yang berbeda dan berkendaraan yang berbeda pula.
Tak lama setelah itu suasana bebeda disamping tempat tinggal Lungguh yang mungkin jaraknya hanya dibatasi oleh dua hingga tiga rumah. Disana para warga baru saja keluar dari masjid setelah melaksanakan ibadah sholat subuh dan beberapa ibadah sholat sunah lainnya. Orang – orang itu berduyun-duyun keluar dari masjid. Dan ketika mereka mendapati Lungguh yang sedang berpelukan dengan lelaki yang mereka kenali bukan sebagai warga ditempat mereka tinggal, mereka menaruh curiga siapakah lelaki itu, dan ada hubungannya apa lelaki itu dengan Lungguh. Dan yang semakin membuat mereka bertanya-tanya adalah kebiasaan Lungguh yang selalu membawa lelaki yang berbeda disetiap sholat subuh berjama’ah selesai.
Warga kampung menaruh curiga kepada Lungguh yang selalu pulang pagi hari  diantar oleh para lelaki yang sama sekali tidak mereka kenal. Bahkan warga kampung berprasangka kalau Lungguh bukan wanita baik-baik. Namun tidak bagi lelaki berbadan tambun yang usianya masih sangat muda dibandingkan dengan para jama’ah yang lain dan lelaki itu dikenal sebagai anak dari ulama besar dikampung mereka. Lelaki itu bernama Yamin. Ia menganggap mungkin para lelaki yang selalu  mengantar Lungguh adalah saudara atau rekan kerjanya yang prihatin dengan keadaan Lungguh yang harus pulang pagi hari.
“ Bagaimana kalau kita tegur dia dan menanyakan siapakah lelaki yang berbeda yang selalu mengantarnya pulang?”  Kata pria yang berdiri tepat disamping   Yamin
“ Jangan lebih baik kita tanyakan pendapat Pak RT tentang apa yang kita akan tanyakan padanya.” Jawab Yamin
“ Kau ini selalu saja mencoba menghalangi apa yang kami akan lakukan kepadanya. “ Jawab pria yang biasa dikenal sebagai hansip dikampung mereka.
“ Aku bukannya menghalangi, aku hanya mencoba agar kita tidak su’uzon dan bertindak semau kita.” Jawab Yamin,  disaat para warga hendak mencoba untuk segera menghampiri Lungguh.
“ Kau bilang kami Su’uzon ?, coba kau lihat sendiri. Bukannya yang kau lihat itu bisa dijadikan bukti kalau Lungguh adalah seorang perkerja seks komersial ?,” Sambung warga yang lain
Yamin segera menjawab pertanyaan warga tersebut, “ Maaf sepengetahuanku pabila kita ingin menuduh seseorang itu salah atau tidak kita harus memiliki minimal tiga bukti yang dapat kita jadikan sebagai cara untuk menghukum yang kita anggap salah itu.” Yamin mencoba untuk menarik napas dan setelah itu ia kembali melanjutkan bicaranya, “ Bukannya kita memiliki pemimpin dikampung kita, dan bukannya setiap masalah atau tuduhan para warga harus diketahui oleh Pak RT kita?”
Para warga pun diam dengan cara bicara Yamin yang tegas. Dan lalu “ Benar juga apa yang dikatakan Yamin, kita seharusnya melaporkan terlebih dahulu apa yang kita tuduh kepada Lungguh agar Pak RT dapat mencari jalan keluar. Dan kita pun tidak memakai cara yang belum pernah kita lakukan selama ini.”, Jawab Pak Yahya yang mereka kenal sebagai marbot masjid dikampung mereka.
Beberapa lama kemudian para warga pun meninggalkan masjid dan segera pulang kerumah mereka masing-masing. Para warga mempercayai Yamin untuk segera membicarakan tuduhan mereka kepada Pak RT. Dan Yamin pun segera kerumah Pak RT yang jaraknya tidak jauh dari masjid. Disana ia menceritakan semua apa yang dituduhkan para warga kepada Lungguh. Dan mencoba mencari jalan keluar agar para warga tidak bertindak keras dalam menengurnya.
Keesokan harinya warga pun mendatangi kediaman Pak RT, disana mereka mendapati Yamin sedang berbincang – bincang dengan bertemankan dua gelas kopi dan beraneka makanan ringan. Saat itu warga kampung segera menyampaikan maksud kedatangan mereka. Namun sebelum mereka menjelaskan semuanya kepada Yamin, Yamin segera memotong pembicaraan mereka dan menjawab semua apa yang disampaikan warga kepada mereka berdua. Ia mengatakan bahwa dirinya berserta Pak RT telah menyampaikan kepada Lungguh, tentang pertanyaan yang selama selau menghantui benak mereka. Yamin mengatakan bahwa pria yang selalu mengantar pulang Lungguh adalah rekan kerjanya, kabar ini ia dapatkan langsung dari Lungguh beberapa jam yang lalu.
Pertanyaan – pertanyaan para warga yang selama ini tergiang hingga kedesa sebelah akhirnya dapat terselesaikan tanpa tindakan kasar terhadap Lungguh. Dan kini suasana kampung menjadi tenang kembali.
Beberapa bulan kemudian Yamin heran melihat perbedaan yang tampak jelas dari fisik Lungguh yang nampak bahwa dia sedang mengandung janin bayi. Namun keheranannya tidak ia sampaikan pada siapapun walaupun itu pada orang tuanya bahkan pada warga Karena menurutnya yang dilihatnya belum tentu benar adanya. Maka dari itu ia mencoba untuk mencari jawaban sendiri atas keheranannya.
Dihari yang berbeda ketika ia baru saja pulang tempat ia bekerja. Ia mendapati para warga sedang berkerumung didepan rumah Lungguh dan menarik dengan paksa agar sang pemilik rumah keluar dari rumahnya. Ia merasa saat itu ada suatu masalah baru yang akan terjadi. Dan benar saja ketika ia menanyakan pada salah satu warga ia mendapatkan apa yang terjadi sebenarnya. Warga itu bercerita kalau warga yang lain mengetahui bahwa Lungguh sedang mengandung anak haram dan ingin menghukumnya dengan hukuman dirajam secara bersama didepan halaman kantor desa.
“ Tunggu dulu, apa alasan kalian ingin menghukumnya dengan cara merajamnya? “ Tanya Yamin
“ Kau masih mempertanyakan kenapa kami menghukumnya dengan cara merajam?, sedangkan sudah jelas-jelas dia mengandung janin seorang anak tanpa memiliki suami” Suasana hening ketika salah satu warga menjawab pertanyaan Yamin, “ Dan itu artinya dia seorang pelacur, dan hukuman bagi seorang penjinah atau pelacur harus dihukum dengan cara dirajam hingga mati.”
“ Betul.....Rajam dia.” Teriak seluruh warga kampung
Saat itu Yamin mencoba merelai mereka dan meminta para warga agar tidak bertindak menghakimi sendiri dengan cara merajamnya. Namun usahanya tidak sedikit pun didengar para warga. Dan dengan keyakinannya untuk menolong Lungguh dan janin yang tidak bersalah, ia mengutarakan niatnya untuk menikahkannya  dan menjadikannya istri walaupun niatnya pasti dilarang dengan keras oleh kedua orang tuanya.
Beberapa hari setelah kejadian itu Yamin mencoba menceritakan dan mengutarakan maksunya kepada kedua orangnya untuk menjadikan Lungguh sebagai Istrinya. Saat itu sebenarnya orang tuanya melarang dan tidak menyetujui niatnya itu. Akan tetapi setelah Yamin mencoba untuk menyakinkan orang tuanya kalau niatnya ini adalah ingin menyelamatkan janin seorang bayi yang tidak bersalah. Maka orang tuanya pun dapat menerimanya dengan Syarat ia harus meninggalkan kampung halamannya.
 Beberapa lama kemudian Yamin pun dengan yakin menerima syarat tersebut walaupun ia harus meninggalkan kedua orang tuanya. Dan ia akan membawa Lungguh kesuatu desa dan hidup bersama.

                                                                                                Depok, 2010